Setiapbaris dalam puisi memiliki makna yang terkandung. Pada baris pertama dan kedua, Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi. Kedua baris tersebut memiliki makna pahlawan tak dikenal yang telah gugur di antara Krawang-Bekasi tidak dapat berjuang lagi.
Cermin Cermin tak pernah berteriak ia pun tak pernah Meraung, tersedan atau berteriak Meski apapun terjadi terballik di dalamnya Barangkali ia hanya bisa bertanya Mengapa kau seperti kehabisan suara ? Sapardi Djoko Damono , Sihir Hujan , 1984 1. 1. Makna kata cermin yang bercetak miring pada baris pertama puisi tersebut adalah... A. Ketidakberdayaan seseorang B. Cermin untuk berkaca C. Mengintrospeksi diri D. Kenyataan di dunia E. Pengakuan dosa Pembahasan Makna kata cermin dalam puisi tersebut adalah ketidakberdayaan seseorang. Hal ini dapat terlihat dari puisi tersebut , yaitu cermin tak pernah berteriak ; ia pun tak pernah meraung , tersedak ataupun tersiak. 2. 2. Maksud isi puisi tersebut adalah... A. Kehidupan ini dapat terlihat dari cermin di hadapan kita B. Perjalanan seorang di dunia yang terbalik C. Dalam hati manusia ada sifat baik dan buruk D. Setiap orang harus mengintrospeksi diri E. Setiap manusia harus mempunyai suara hati nurani Pembahasan Maksud isi puisi tersebut adalah setiap orang harus mengintrospeksi diri. Hal in terlihat dari puisi tersebut , yaitu bayangan manusia di dalam cermin tidak berdaya untuk melakukan apa-apa. Namun orang yang memiliki bayangan seperti itu dapat bersikap sebaliknya . oleh karena itu , bayangan pada cermin dapat digunakan sebagai alat untuk mengintrospeksi dirinya karena bayangan itu tidak pernah melakukan perbuatan buruk. Ia hanya bisa terdiam di dalam cermin. 3. Berdasarkan masalah yang dihadapi di atas , penulis tergerak untuk menemukan penyebab meningkatnya kenakalan remaja akhir-akhir ini . 3. Perbaikan kata tercetak tebal menjadi kata bermakna luga dalam kalimat tersebut adalah... A. Bertujuan B. Berdiskusi C. Berbagi D. Berkeinginan E. Berkewajiban Pembahasan Kata tergerak dalam kalimat tersebut adalah kata kiasan. Agar kata tersebut maknanya menjadi lugas dapat diubah menjadi berkeinginan. 4. Judul Kerikil Tajam Dan Yang Terempas Dan Yang Putus 4. Perbaikan penulisan judul yang tepat sesuai EYD adalah... A. Kerikil Tajam dan Yang Terempas dan Yang Putus B. Kerikil tajam dan yang terempas dan yang putus C. Kerikil Tajam dan yang Terempas dan yang Putus D. Kerikil Tajam dan yang Terempas Dan Yang Putus E. Kerikil Tajam Dan yang Terempas dan yang putus Pembahasan Penggunaan huruf kapital yang benar dalam judul tersebut adalah Kerikil Tajam dan yang Terempas dan yang Putus. Kata yang dan dan merupakan konjungsi , yaitu kata atau ungkapan penghubung antar kata , antarfrasa , antarklausa, dan antarkalimat. Dalam penggunaannya konjungsi tidak perlu ditulis dengan huruf kapital , kecuali jika terdapat pada awal kalimat. 5. Cermati data buku berikut! Ulasan buku karya sastyagraha ini tidak mendalam dan tidak teliti karena desakan waktu yan gdisediakan kepada penulisnya. Buku ini merupakan catatan kesan-kesan pertama seorang pembaca. 5. kalimat resensi yang menyatakan kelemahan buku adalah.. A. Penulis buku tidak teliti dan tidak mendalam mengulas masalah B. Membaca, menikmati , dan menghayati cerpen satyagraha tidak sulit C. Buku tersebut disusun karena desakan penerbit D. Pengarang menceritakan secara mendetail karya cerpennya E. Pengarang dengan leluasa mengungkapkan kesan pertamanya Pembahasan Resensi adalah ulasan mengenai sebuah resensi yang menyatakan kelemahan buku adalah penulis buku tidak teliti dan tidak mendalam dalam mengulas masalah. Hal ini sesuai dengan kutipan tersebut , yaitu ulasan buku karya satyagraha ini tidak mendalam dan tidak teliti karena desakan waktu yang disediakan kepada penulisnya.
34 Makna kata cermin yang bercetak miring pada baris pertama puisi tersebut adalah . A. Kenyataan di dunia B. Pengakuan dosa C. Ketidakberdayaan seseorang D. Cermin itu berkaca E. Mengintropeksi diri. 35. Maksud isi puisi tersebut adalah . A. Setiap orang harus intropeksi diri B. Setiap manusia harus mempunyai suara hati nurani.
Tahu-tahu Elisa sudah menembus kaca dan melompat dengan ringan ke dalam ruang cermin. Lewis Carroll, Elisa Menembus Cermin * MEMBACA puisi-puisi terbaru Ilda Karwayu, kita boleh menduga dia penyair yang sesekali berjalan-jalan ke rumah lama lalu menemukan keriangan baru bermain-main dengan cermin di sana. “Terbaru” di sini lebih merujuk masa publikasi daripada masa kreasi. Puisi-puisi terkait dipublikasikan 14 Januari 2022 di aji krama Puisi-puisi Ilda Karwayu, tetapi berdasarkan tarikh penulisan yang dicantumkan di akhir tiap puisi kita mendapati 6 puisi dimuat semuanya ditulis pada tahun 2021. Dari 6 puisi tersebut kita menemukan 5 “bentuk cermin”, yaitu puisi “aji krama”, “setelah lulus seleksi beasiswa dari negara”, “mata keranjang”, “keluar dari menara gading”, dan “setelah memilih”. pada suaraku terpantul lampulampuidemu, tuhan. tunas sombongmuadalah tubuh hancur. rambati pelanpelanususku yang setebal tali klandalam genitugen dalamklan yang setebal tali ususkupelanpelan hancur rambati tubuh. adalahsombongmu, tuhan. tunas idemuterpantul pada lampulampu suaraku“aji krama” Kalau kita menggambar garis-garis berdasarkan tipografinya, kita akan menghasilkan tampilan kira-kira seperti ini Kita boleh mengatakan tampilan tersebut menggambarkan orang berbicara, kesan selaras subjek utama puisi terkait suara. Puisi semacam ini bisa dan biasa dikategorikan puisi berpola atau puisi konkret pattern poetry atau concrete poetry, yakni puisi yang susunan tipografisnya membentuk gambar tertentu. Penyusunan bentuk tipografis puisi konkret biasanya disesuaikan dengan tema, teknik yang pernah tren dalam perpuisian kita pada era Puisi Mbeling. Namun, puisi “aji krama” tampaknya tidak berhenti pada sekadar penyusunan visual melalui tipografi sebagaimana juga tidak ada gelagat puisi ini untuk menjadi bagian dari mbelingisme jenis apa pun. Dari sebelas baris puisi, kata-kata dan frasa pada baris 7-11 merupakan kata-kata dan frasa yang juga kita temukan pada baris 1-5 dengan posisi sintaktis berbeda dan cenderung terbalik. Dengan kata lain, sebuah repetisi. Repetisi tentu bukan sesuatu yang baru ataupun aneh dalam puisi, baik dalam puisi Ilda ataupun dalam puisi penyair lain. Juga bukan hanya dalam puisi. Berbagai varian repetisi merupakan alat retorika ampuh yang juga bisa ditemukan baik dalam kitab suci, pidato-pidato Soekarno, ataupun lirik-lirik lagu Iwan Fals. Keberadaan puluhan varian repetisi memungkinkan sangat luasnya cakupan efek yang ia timbulkan. Repetisi biasa dibagi menjadi 4 kelompok besar, repetisi pada tataran huruf, suku kata, dan fon; repetisi pada tataran kata; repetisi pada tataran klausa dan frasa; dan repetisi pada tataran gagasan. Jadi, 5 baris terakhir dalam “aji krama” bisa dikatakan memuat repetisi 5 baris pertama, pada level kata dan frasa, sementara baris 6 yang hanya tersusun dari satu kata, merupakan garis tengah. Berhubung sisi berbeda yang dipisahkan oleh garis tengah tersusun dari kata-kata yang sama dalam posisi sintaktis berbeda tetapi tetap membentuk tipografi puisi yang sama secara terbalik, maka kita bisa mengatakan bahwa garis tengah itu berfungsi seperti cermin, satu sisi merupakan pantulan sisi yang lain. Dengan demikian, jika tampilan visual puisi “aji krama” digambar berdasarkan pola penulisannya maka hasilnya menjadi seperti ini Pola senada bisa ditemukan dalam puisi-puisi “cermin” Ilda yang lain dengan tipografi menyusun bentuk bervariasi. Terkadang kita tak menemukan rujukan bentuk “sepasti” puisi “aji krama”, melainkan lebih terlihat sebagai bentuk geometris yang rapi. Demikian juga bagian diposisikan sebagai cermin bervariasi. Pada puisi “setelah lulus seleksi beasiswa dari negara” kita mendapati cermin itu berupa baris tersusun dari satu kata seperti dalam “aji krama”, sementara dalam puisi “keluar dari menara gading” kita mendapatinya berupa satu baris tersusun dari lima kata dan menjadi satu-satunya baris dalam puisi yang tidak memiliki jeda kosong. Akan tetapi dalam “mata keranjang” dan “setelah memilih”, kita menemukan cermin itu dalam bentuk baris kosong penanda peralihan antar pembacaan dari awal terkait pola cermin Ilda, boleh jadi ada kesalahan tipografis pada penayangan puisi “setelah memilih” yang dibagi menjadi 3 bait tersusun dari 3 baris bait pertama, 1 baris bait kedua, 2 baris bait ketiga. Penulisan puisi tersebut menggunakan pola cermin, yakni baris 4-6 tersusun dari kata-kata sama dengan baris 1-3 dengan susunan sintaktis berbeda, maka boleh diduga puisi ini lebih pas kalau ditayangkan tersusun dari dua bait dengan masing-masing tersusun dari 3 baris dan baris kosong di tengah-tengah yang memisahkan antar bait antara baris ketiga dan keempat berfungsi sebagai cermin. Lantas, sejauh mana penggunaan pola cermin ini memengaruhi pengembangan makna? Apakah sisi di balik cermin menawarkan gagasan kebalikan dari sisi di depan cermin? Ataukah justru dengan caranya sendiri menguatkan atau melanjutkan? /1/yang memandang dari ketiadaan bolehmenaruh matanya dalam keranjang /2/ keranjang menaruh matanya dalamketiadaan dari yang boleh memandang“mata keranjang” Bait pertama yang kita posisikan sebagai sisi di depan cermin mengandaikan subjek “dia” sebagai sosok aktif, dia menaruh matanya. Dalam bait kedua, sisi di balik cermin, peran itu dibalik, “keranjang” berada di posisi aktif menaruh matanya. Pembalikan itu mau tidak mau mengakibatkan perubahan objek kalimat pula, yakni jika pada bait pertama objek yang ditaruh, “matanya” merupakan mata “dia” imajiner, maka dalam bait kedua objek “matanya” menjadi merujuk pada mata “keranjang”. “Dia” dan “keranjang” merupakan dua subjek kalimat yang berbeda. Ada banyak kemungkinan makna “memandang dari ketiadaan”, tetapi jika kita memilih salah satu kemungkinan, bahwa klausa itu merujuk pada “dia yang tidak berhak memandang” pilihan yang lebih sesuai konteks—meski bukan berarti satu-satunya yang mungkin—daripada “ketiadaan” sebagai negasi subjek, ketiadaan dia yang memandang, maka bait itu bisa dimaknai sebagai pernyataan negasi terhadap pandangan si dia. Dengan kata lain, pandangan atau “tatapan”, mengindikasikan tindakan melihat dalam waktu yang agak lama, supaya tidak dikelirukan dengan “pandangan” yang bisa berarti “pengetahuan” atau “pendapat” si dia dinihilkan dengan kurungan, “keranjang”. Sementara pada bait kedua tempat “keranjang” menjadi subjek kalimat, jika kita memaknai “matanya” merujuk pada “mata keranjang” dan bukan “mata dia” imajiner yang merupakan subjek kalimat pada bait pertama, maka kita bisa memaknai “ketiadaan dari yang boleh memandang” sebagai “tiadanya orang yang berhak memandang”. Dengan kata lain, meski terlihat sebagai negasi, bait ini justru menunjukkan posisi aktif “mata keranjang” yang sudah berubah menjadi idiom sebagai mata yang memandang di saat mata yang berhak memandang justru tidak ada. Jadi, meski terjadi pembalikan sintaktis subjek, subjek yang dirujuk oleh arti kalimat itu sendiri pada dasarnya sama “dia imajiner yang memandang dari ketiadaan” adalah subjek yang sama dengan “mata keranjang”. Hal ini dimungkinkan oleh sifat idiom sebagai konstruksi pemilik makna berbeda dari unsur penyusunnya. Ketika klitik “-nya” dalam “matanya” pada baris kedua, berdasarkan konstruksi kalimat, merujuk pada “keranjang” sebagai subjek sehingga menjadi “mata milik keranjang”, konstruksi tersebut pada saat yang sama menciptakan idiom “mata keranjang” yang memiliki makna berbeda. Dengan demikian, dalam puisi ini sisi di balik cermin bait kedua memang menyajikan tampilan visual terbalik, tetapi gagasan yang disajikan oleh kata-kata yang sama dalam posisi-posisi berlainan tetap merupakan sambungan lebih lanjut gagasan yang dimuat dalam sisi di depan cermin bait pertama. Repetisi yang membentuk cermin tampaknya merupakan teknik lanjutan Ilda sebagai penyair yang cenderung sadar-bentuk. Kecenderungan tersebut sudah terlihat dalam puisi-puisi Eulogi PBP Publishing, 2018 dan makin menguat dalam Binatang Kesepian dalam Tubuhmu GPU, 2020, salah satunya tampak dari penciptaan jeda kosong tambahan antar kata. Teknik jeda kosong tersebut khas tradisi-tulis dan tak bisa sepenuhnya ditampilkan ketika puisi terkait dilisankan. Akan tetapi bukan berarti jejak kelisanan lantas sama sekali raib dari puisi-puisi Ilda. Sebaliknya, diksi dan repetisi yang hadir justru menampakkan kelekatan dengan aspek fon, bunyi, misalnya repetisi “tuhan. tunas” pada baris kedua diulang dengan bentuk sama pada baris kesepuluh puisi “aji krama” merupakan bentuk aliterasi, satu jenis repetisi tertua yang didasarkan pada ketukan dan memberi efek bunyi, demikian juga repetisi “sumbing” dan “sumbang” pada baris kesatu dan kedua puisi “keluar dari menara gading” diulang secara terbalik pada baris keempat dan kelima, merupakan konsonansi yang memberi efek bunyi. Tentu kita boleh menduga bahwa kelekatan itu juga hadir karena penyairnya memiliki ketertarikan khusus pada musik. Ketertarikan itu pula mungkin yang menyebabkan dalam pemenggalan baris-baris puisinya kita kerap—untuk tidak mengatakan selalu—menemukan perhatian khusus terhadap jumlah Kumpulan Puisi adalah buku antologi puisi pertama Ilda Karwayu, memuat 50 puisi dengan puisi terlama bertarikh 2012 dan terbaru 2017. Binatang Kesepian dalam Tubuhmu adalah buku antologi puisi kedua, memuat 67 puisi dengan puisi terlama bertarikh 2018 dan terbaru 2019. Beberapa catatan awal tentang puisi-puisi dalam Binatang Kesepian dalam Tubuhmu, termasuk tentang kekhasan visual dan ketukan bisa dibaca di Masih Haruskah Kita Santun Memaki Para Singa?. Maka boleh dikatakan pada puisi-puisi cermin Ilda kita bisa melihat terutama dua efek penggunaan repetisi. Pertama, repetisi memengaruhi sisi visual, tampilan bentuk. Kedua, repetisi menghasilkan efek puitis sekaligus memengaruhi makna. Pada akhirnya, karena sisi visual berpotensi memberi kunci untuk pemaknaan puisi, puisi pun menjadi utuh karena struktur puisi yang menciptakan bentuk dan dengan demikian aspek visual menopang konten. Keutuhan semacam itu, dari sudut pandang strukturalis, merupakan ciri puisi bagus. Kita tidak menemukan pola cermin dalam puisi-puisi terbaru Ilda yang lain, dipublikasikan 11 Januari 2022 di puisi-puisi ilda karwayu. Tiga puisi ditulis pada tahun 2020, 1 puisi tahun 2021, 2 puisi tahun 2022. Akan tetapi saat mundur sedikit, kita akan menemukan pola puisi yang mirip dalam 2 dari 4 puisi Ilda yang dipublikasikan 28 Agustus 2021 di Jawa Pos, Sajak Ilda Karwayu, “The Taste of an Affair” dan “Bangun Tidur Masa Kini”, dua-duanya bertarikh sedikit perbedaan tampilan antara versi daring dan versi cetak. Tulisan ini mengikuti versi cetak sebagai versi yang lebih stabil. potong adegan mesra pada klip video mimpimu, tuantampakkah umami di lidah embun sepukul lima ini?tanda2gurih kejadian telah matang siap saji di atas pengakuandi atas gurih kejadian pengakuan telah matang siap sajidiam2adegan mesra tuan potong pada klip video mimpimusepukul lima ini umami di lidah embun, tampakkah?“The Taste of an Affair” cuci muka pakai sinyalinternet lancar pagi inikata ibuku taditidak seperti subuh haritersendat oleh peronda-rondamuda yang ramai berselancar berselancar ramai yang mudatersendat oleh peronda-rondasubuh hari tidak sepertiibuku tadi katapagi ini lancar internetsinyal pakai cuci muka“Bangun Tidur Masa Kini” Puisi-puisi cermin semacam itu juga tidak kita temukan dalam Binatang Kesepian dalam Tubuhmu, meski kita akan menemukan penggunaan salah satu aspek yang membangunnya, yaitu kehadiran jeda ruang kosong tambahan antar kata. Puisi-puisi Ilda yang dari segi gaya lebih dekat dengan puisi-puisi dalam antologi ini bisa kita temukan dalam 5 dari 6 puisi Ilda di Uniknya, kita justru akan menemukan “leluhur” puisi cermin dalam Eulogi Kumpulan Puisi Pindaian puisi “Gelang Giok” hal. 27 Tampilan visual puisi ini agak janggal dengan adanya jarak antara baris ke-1 dengan baris ke-2 yang lebih sempit dari jarak antar baris lain. Jika mengabaikan kejanggalan itu maka kita melihat pola penyusunan mirip per 2 baris baris genap disusun dengan menurunkan kata atau frasa yang memberi penekanan dan masih terkait secara sintaktis dengan baris sebelumnya dalam mode larik sambung. “Gelang Giok”, “yang berdarah”, dan “takdir” pada baris ke-2, 4, dan 6 menjadi kata dan frasa kunci, dengan penempatan masing-masing bergerak makin bawah makin menjauh dari marjin kiri menyimbolkan perjalanan takdir yang maju melewati momen menyakitkan dan sedikit banyak “diobati” oleh “gelang giok”, benda yang tampaknya memiliki nilai khusus karena muatan historis yang ia kandung. Namun, boleh jadi baris ke-2 sebenarnya masih merupakan bagian dari baris ke-1 dan diturunkan semata karena tuntutan sempitnya tata letak halaman buku. Dengan kata lain, tipografi puisi tersebut lebih mungkin dimaksudkan seperti ini Taruhlah kita sepakat untuk menjajaki kemungkinan tersebut, tanpa mengabaikan kemungkinan bahwa satu-satunya penyebab permasalahan terkait perbedaan jarak antar baris di atas adalah kekeliruan penata letak dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan proses kreasi puisi, maka kita bisa mengatakan bahwa meski bertarikh 2016, pola persajakan puisi ini sangat mirip dengan pola-pola cermin yang sudah dibahas. Akan tetapi pola cermin dalam puisi ini berada pada tataran lebih sederhana. Setengah baris pertama misalnya merupakan repetisi terbalik dari setengah baris sebelumnya, dengan makna sama tetapi susunan sintaktis berubah mengindikasikan perubahan penekanan keterangan tempat dengan subjek. Pada baris kedua, “titik mata” mengalami repetisi yang memberi efek penekanan, sebagaimana “menabrak takdir” yang mengalami repetisi melibatkan pemenggalan menghasilkan larik sambung pada baris keempat dan kelima. Diksi “merah”, “berdarah” dan “menyerah” juga merupakan repetisi yang membentuk rima. Bisa dikatakan bahwa pola-pola cermin pada puisi-puisi Ilda yang lebih baru tampak sebagai elaborasi lebih lanjut dari puisi ini, dibuktikan dengan pengolahan dan perluasan berbagai repetisi, posisi kata, dan juga tipografi sehingga efek-efeknya pun lebih beragam daripada dalam “Gelang Giok” yang cenderung terbatas memberi efek penekanan dan bunyi. Pola cermin seperti ini menarik, tetapi bukan tanpa risiko. Dalam pelbagai kebudayaan, cermin dianggap sesuatu yang sakral, mistis. Cermin biasa dianggap sebagai gerbang menuju “dunia di sisi lain”, sebagaimana juga sebaliknya. Keyakinan semacam itu dipahami secara literal dalam berbagai cerita mistis yang masih bisa—atau justru semakin banyak—ditemukan sekarang ataupun dimaknai secara simbolis dalam salah satu prosa paling memukau di dunia karya Lewis Carroll Alice Through the Looking-Glass Elisa Menembus Cermin’. Maka dalam satu puisi cermin Ilda kita bisa temukan dua dunia “gagasan” ataupun “gagasan-gagasan”, tersusun dari kata-kata kembar tetapi dalam posisi saling tertukar. Tersesat dalam dunia kata-kata semacam itu bisa menyebabkan kebingungan, seperti para pelaut yang mendengar nyanyian Siren bentuk dan bunyi memesona rasa, lantas rasio enggan memandu menuju makna. Namun, risiko tersebut tidak sepenuhnya buruk, karena puisi kontemporer hadir pertama-tama untuk dinikmati, bukan untuk menjejalkan arti. Selain itu, dari sekian pembaca pasti ada mereka yang seperti Odisseus rasa dia menikmati bentuk dan bunyi tetapi rasionya tetap mampu melanjutkan perjalanan, menuju arti. Selain itu, ada baiknya kita merenungkan kata-kata Paul Valéry yang Hasif Amini kutip dalam catatan penyerta antologi puisi Goenawan Mohamad, Tujuh Puluh Puisi Tempo & PT Grafiti, 2011, “Dari Lirik Menuju Khaosmos’” bahwa puisi adalah “bimbang yang tak putus-putus antara bunyi le son dan arti le sens”. Pada akhirnya, pembacaan ini hanya tinjauan sepintas, bukan pemetaan tuntas proses kreatif terbaru Ilda Karwayu sebagai penyair, pun tanpa berpretensi menjadi kebenaran tunggal. Seorang penyair yang baik selalu memiliki kesadaran untuk tanpa henti meninjau ulang relasinya dengan kata sehingga pemetaan proses kreatifnya tidak mungkin dilakukan secara tuntas pada saat dia masih produktif berkarya. Kesadaran penyair semacam itu berpotensi membuat pembaca menanti-nanti karyanya, karena hanya penyair seperti itu yang akan melahirkan karya-karya segar, jauh dari kecenderungan menjadi epigon. Maka mungkin saja kini dan kelak Ilda mendadak menulis puisi-puisi epik atau balada panjang misalnya, jenis puisi yang akan mengejutkan kita kalau dia mencoba menulisnya karena tak tampak tanda-tanda akan menuju ke sana dalam puisi-puisinya selama ini. Atau kita mungkin juga mengintip bocoran puisi “pascakontemporer” dia melalui salah satu puisi bertarikh 2022 yang dipublikasikan di Kita boleh menduga “bentuk lain” yang unik ini merupakan elaborasi lebih lanjut lagi dari “lompatan ringan” Ilda ke dalam ruang cermin yang dia lakukan sambil membayangkan para pembaca puisinya berpindah-pindah menikmati “bunyi dan arti” dalam dunia Elisa, “tanpa henti”. Saya bayangkan saat itu dia tersenyum meski pada saat yang sama dia asyik sendiri menebak-nebak apakah di depan sana dia harus belok kanan atau jalan terus. Salam. Yogyakarta, Akhir Januari 2022
Jikadicermati maka maksud isi puisi pada soal tersebut yang paling tepat adalah A: Kehidupan ini bisa terlihat dalam cermin di hadapan kita. Kata cermin yang bercetak miring pada puisi bermakna kenyataan di dunia, karena cermin merefleksikan kenyataan kehidupan yang ada (dalam diri seseorang yang bercermin). Maka: Cermin tak pernah berteriak; ia pun tak pernah Meraung, tersedan, atau terisak. Sama dengan: Kenyataan di dunia (kehidupan) tak pernah berteriak; ia pun tak pernah Meraung
Setelah mengetahui pengertian puisi secara umum, langkah selanjutnya dalam menulis puisi adalah menentukan baris dan bait dari tema yang membuatnya, terlebih dahulu harus memahami pengertian baris dan bait dalam demikian? Karena baris dan bait merupakan salah satu unsur utama penyusun BarisBaris disebut juga larik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI tertulis bahwa baris adalah deret, leret, banjar, dan puisi memiliki jumlah baris yang berbeda-beda tergantung keinginan pengarangnya. Dalam setiap baris bisa terdiri dari satu kata saja, beberapa kata yang membentuk frasa, atau bisa juga berupa yang perlu diingat bila membuat puisi adalah jangan terlalu banyak jumlah barisnya karena akan menimbulkan kesan bertele-tele dan kurang baris dalam pengertian puisi lama dan puisi baru masih terikat dengan aturan-aturan yang ada. Jumlah kata dan suku kata dalam setiap baris pun dengan puisi baru, pengarang memiliki kebebasan sendiri dalam menentukan jumlah baris dalam puisinya. Disini juga akan diberikan penjelasan mengenai perbedaan Pantun dan syair dalam bentuk puisi terdapat beberapa jenis gaya bahsa dalam puisi yang terdiri dari gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa pertentangan, dan gaya bahasa merupakan contoh baris dalam puisi lama dan puisi lamaPantunPergi tamasya ke Surakarta baris 1Jangan lupa beli batik baris 2Manusia hidup di dunia baris 3Harus selalu berbuat baik baris 4Puisi baruBaladaFermentasi asa baris 1Mengharap sempurna baris 2Bentuk utuh nan konyol baris 3Rasa, karsa tempe baris 4Pembungkus yang berjasa baris 1Penuh kisah bertulis duka lara baris 2Dibuang tanpa dibaca baris 3Pembungkus tempe baris 1Bukan plastik tapi kertas usang tak terpakai baris 2Masihkah ada yang membelai sebelum membuangnya? baris 3 Karya RendraPengertian BaitBerikut pengertian bait dalam menurut para yaitu satu kesatuan dalam puisi yang terdiri atas beberapa baris, seperti pantun yang terdiri atas empat dibaca “ba-it adalah bagian dari teks berirama puisi atau lirik lagu yang terdiri dari beberapa baris yang tersusun harmonis, menyerupai pengertian paragraf dalam sastra atau tulisan juga diartikan sebagai satu kesatuan dalam puisi yang terdiri atas beberapa baris, seperti pantun yang terdiri atas empat pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bait merupakan kumpulan baris yang terangkai menjadi kesatuan padu yang bait dalam puisi adalahUntuk memisahkan topik satu dengan topik memiliki fungsi yang sama dengan jenis paragraf berdasarkan letak kalimat utama dalam bait di dalam puisi memiliki konsep masing-masing yang tersaji dalam tujuan yang bait dapat tersusun dari baris-baris yang berima maupun tidak bait dalam puisi lama terikat oleh kaidah-kaidah yang telah ditetapkan sedangkan dalam puisi baru jumlahnya bebas dan tidak bawah ini merupakan contoh bait dalam lamaSyairWahai muda, kenali dirimuIalah perahu tamsil hidupmuTiadalah berapa lama hidupmuKe akhirat jua kekal hidupmu —- bait 1—— Hai muda arif budimanHasilkan kemudi dengan pedomanAlat perahumu jua kerjakanItulah jalan membetuli insan —- bait 2——Puisi baruKarawang – BekasiKami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasitidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagiTapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami, terbayang kami maju dan mendegap hati ? —- bait 1——Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debuKenang, kenanglah kami —– bait 2——Kami sudah coba apa yang kami bisa Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa —– bait 3——Kami cuma tulang-tulang berserakan Tapi adalah kepunyaanmu Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan —- bait 4——Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan atau tidak untuk apa-apa, Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkataKaulah sekarang yang berkata —– bait 5——Kami bicara padamu dalam hening di malam sepiJika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak —– bait 6——Kenang, kenanglah kamiTeruskan, teruskan jiwa kamiMenjaga Bung Karno menjaga Bung Hattamenjaga Bung Sjahrir —- bait 7——Kami sekarang mayat Berikan kami arti Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian —- bait 8—— Kenang, kenanglah kami yang tinggal tulang-tulang diliputi debuBeribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi …. —- bait 9——Demikian ulasan tentang pengertian baris dan bait dalam puisi berikut contohnya semoga bermanfaat.
Imaji Imaji menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang dibayangkan dalam pikiran; bayangan. Kata konkret: Kata konkret adalah bentuk kata yang dapat menimbulkan imajinasi. Tipografi: Tipografi adalah penyusunan baris dan bait pada puisi. Rima merupakan salah satu unsur fisik pembangun puisi. Bait pertama pusi tersebut berbunyi:
Puisi adalah teks atau karangan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan mengutamakan keindahan kata-kata. Struktur puisi terdiri atas dua macam, yaitu struktur fisik dan struktur batin. Unsur fisik puisi adalah unsur-unsur puisi yang dapat dilihat atau nampak pada puisi. Struktur fisik puisi sebagai berikut. Majas Majas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yang lain; kiasan. Rima Rima menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengulangan bunyi yang berselang, baik di dalam larik sajak maupun pada akhir larik sajak yang berdekatan. Diksi Diksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Imaji Imaji menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang dibayangkan dalam pikiran; bayangan. Kata konkret Kata konkret adalah bentuk kata yang dapat menimbulkan imajinasi. Tipografi Tipografi adalah penyusunan baris dan bait pada puisi. Rima merupakan salah satu unsur fisik pembangun puisi. Bait pertama pusi tersebut berbunyi Sepuluh tahun yang lalu, dia terbaring Tetapi bukan tidur, sayang Sebuah lubang peluru bundar di dadanya Senyum bekunya berkata, kita sedang perang Analisis rima puisi bait pertama. Bait pertama puisi tersebut terdiri atas empat baris. Untuk menentukan rima puisi, kita harus menentukan rima puisi pada keempat baris tersebut. Baris pertama puisi tersebut diakhiri dengan ng rima a Baris kedua puisi tersebut diakhiri dengan ng rima a Baris ketiga puisi tersebut diakhir dengan nya rima b Baris keempat puisi tersebut diakhir dengan ng rima a Rima puisi "Pahlawan Tak Dikenal bait pertama" adalah a-a-b-a. Dengan demikian, jawaban yang tepat adalah pilihan D.
Maknakata cermin yang bercetak miring pada baris pertama puisi tersebut. adalah .
SUDAH DIKOREKSI Nama Dwi Rizki Misdayani Nim 06101402025 Berilah tanda silang x di depan huruf a, b, c, d, e, pada jawaban yang di anggap benar! 1. Cermatilah kalimat ini! Dalam film ini ingin mengatakan bahwa orang-orang yang menghakimi itu sesungguhnya tidak tahu betul soal diri Ajeng alias cuma sok tahu. Perbaikan yang tepat terhadap struktur yang salah pada kalimat tersebut adalah…. a. Dalam film ini ingin menceritakan orang-orang yang menghakimi Ajeng itu cuma sok tahu. b. Film ini ingin mengatakan bahwa orang-orang yang menghakimi itu sesungguhnya tidak tahu betul soal diri Ajeng alias cuma sok tahu c. Film ini ingin mengatakan orang-orang yang dihakimi itu bahwa sesungguh-nya diri Ajeng itu cuma sok tahu. d. Film ingin menceritakan orang-orang yang menghakimi diriAjeng itu cuma sok tahu. e. Film ini dikatakan oleh orang-orang yang menghakimi Ajeng itu sebagai orang yang cuma sok tahu. Jawaban b 2. Cermatilah tema karya tulis berikut! Penerapan Ejaan yang disempurkan EyD dalam karangan siswa SMA di Palembang. Latar belakang karya tulis yang sesuai dengan tema tersebut adalah…. a. Sering ditemukan kesalahan penggunaan EyD dalam karangan siswa SMA di Palembang. b. Siswa SMA di Palembang perlu belajar tentang cara mengarang yang baik. c. Setiap mengarang siswa SMA di Palembang selalu menggunakan kalimat baku. d. Siswa SMA harus menggunakan kaidah penulisan dalam mengarang. e. Setiap mengerjakan tugas bahasa Indonesia sejak SMA tidak menggunakan EyD. Jawaban a 3. Cermatilah penggunaan kata dalam kalimat karya tulis berikut! Penulis tergelitik hatinya untuk melakukan penelitian iklim organisasi di sekolah tersebut Makna lugas yang sebenarnya untuk pengganti kelompok kata yang tercetak tebal tersebut adalah…. a. Terkesan b. Tertarik c. Terpanggil d. Terpaksa e. Tersentuh Jawaban b Kutipan puisi berikut untuk nomor 4 dan 5. Cermatilah kutipan puisi berikut dengan saksama! Sumber buku prediksi UN MENYESAL Pagiku hilang sudah melayang Hari mudaku sudah pergi Sekarang petang datang membayang Batang usiaku sudah tinggi Aku lalai di hari pagi Beta lengah di masa muda Kini hidup meracun hati Miskin ilmu, miskin harta Ali Hasjmi 4. Kata petang pada larik ketiga puisi tersebut mempunyai makna lambang…. a. Waktu sore hari b. Kehidupan manusia c. Suasana senja d. Masa tua e. Perasaan manusia Jawaban d 5. Maksud bait kedua puisi tersebut adalah…. a. Seseorang yang lengah di pagi hari sehingga hidupnya sangat menderita di usia muda. b. Seseorang yang menderita hidupnya karena tidak mempunyai ilmu dan harta. c. Seseorang yang miskin harta dan miskin ilmu pada masa muda karena ia lupa waktu. d. Seseorang yang telah menyia-nyiakan masa mudanya dalam menuntut ilmu sehingga hidup menderita di hari tua. e. Seseorang yang melalaikan waktu di masa muda karena dia tidak memiliki ilmu dan harta. Jawaban d 6. Demikian surat lamaran saya. Mohon maklum dan terima kasih Penutupan surat lamaran tersebut dapat diperbaiki menjadi…. a. Demikian surat lamaran saya. Atas perhatian Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih. b. Demikian lamaran saya. Atas perhatiannya saya sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya. c. Demikian lamaran ini saya buat dengan kesungguhan untuk dapat diterima. Terima kasih. d. Atas perhatian dan diterimanya lamaran ini saya ucapkan terima kasih. e. Demikian lamaran saya untuk mendapat perhatian dari Bapak/Ibu. Jawaban a 7. Cermati puisi berikut! Sumber buku prediksi UN Dalam Kereta Hujan menebal jendela Semarang, Solo makin dekat saja Menangkap senja Menguak purnama …. Menjengking kereta. Menjengking jiwa Sayatan terus ke dada Chairil Anwar Larik bermajas personifikasi yang tepat untuk melengkapi puisi tersebut adalah…. a. Cahaya menyayat mulut dan mata b. Engkau menahan rasa sakit c. Tak kuasa diri menahan tangis d. Sesak napas karena debu e. Menatap wajahmu yang cantik Jawaban a 8. Bacalah paragraf deskripsi berikut dengan saksama! Udara berkabut. Dingin menusuk kulit, sunyi dan sepi sekali. Pepohonan pun terlihat tidak bergerak. Terdengar sayup-sayup dari radio nyanyian Mozart Night mengalun lambat beriba-iba…. Kalimat yang tepat untuk melengkapi paragraf tersebut adalah…. a. Pelan-pelan air mata meluncur membasahi pipinya. b. Udara membawa Kristal, menyebar di sepanjang halaman. c. Lantas ia menarik gorden, memandang keluar jendela. d. Salju menaburi jalanan asrama mahasiswa yang tegak di tengah kota. e. Ia tersenyum ketika mengingat saat-saat indah. Jawaban a 9. Judul Kerikil Tajam Dan Yang Terempas Dan Yang Putus Perbaikan penulisan judul yang tepat sesuai EYD adalah…. a. Kerikil Tajam dan Yang Terempas dan Yang Putus. b. Kerikil tajam dan yang terempas dan yang putus. c. Kerikil Tajam dan yang Terempas dan yang Putus. d. Kerikil Tajam dan Yang Terempas dan Yang putus. e. Kerikil Tajam dan yang Terempas dan yang putus. Jawaban c 10. Cermati silogisme berikut! Premis umum Siswa yang baik selalu belajar dengan teratur. Premis khusus Sinta siswa yang baik. Simpulan …. Kalimat simpulan yang tepat untuk melengkapi silogisme tersebut adalah…. a. Karena itu Sinta naik kelas karena belajar dengan teratur. b. Sinta adalah siswa yang selalu belajar. c. Jadi, Sinta selalu belajar dengan teratur. d. Berarti cara belajar Sinta sudah benar. e. Sinta siswa yang baik karena selalu belajar dengan teratur. Jawaban c 11. Kakek menggeleng-gelengkan kepala ketika mendengarkan nyanyian cucunya. Makna kata ulang dalam kalimat di atas adalah…. a. Melakukan pekerjaan bersama-sama. b. Melakukan pekerjaan berulang-ulang. c. Menyatakan senang. d. Menyatakan saling. e. Menyatakan keadaan. Jawaban b 12. Kalimat di bawah ini yang menggunakan kata berantonim adalah…. a. Ruangan itu sunyi sepi setelah para karyawannya dirumahkan. b. Pikirannya timbul tenggelam terbawa emosinya sendiri. c. Karena ketakutan mereka lari tunggang-langgang. d. Dari tadi mereka kelihatan mondar-mandir saja. e. Pasien itu disarankan minum obat pagi dan siang. Jawaban b 13. Kalimat yang benar dalam membuka acara adalah…. a. Bapak-bapak para pejabat, bapak kepala sekolah, serta para hadirin yang saya hormati, acara ini akan segera dimulai. b. Bapak-bapak, ibu-ibu, serta hadirin-hadirat yang kami hormati, marilah acara ini segera dimulai. c. Hadirin dimohon segera menduduki tempat masing-masing, karena acara dalam rangka peresmian gedung ini akan segera dimulai. d. Marilah kita berdoa bersama-sama demi keselamatan dan kesehjahteraan bersama dalam rangka peresmian gedung ini. e. Yang terhormat Bapak pejabat Kanwil Depdikbud, Bapak pejabat Muspida, Bapak Lurah, Bapak Kepala Sekolah, serta hadirin yang kami hormati, untuk memulai acara ini marilah kita membaca doa. Jawaban c 14. Kalimat di bawah ini yang menggunakan kata tidak baku adalah…. a. Pemerintah Indonesia coba mengantisipasi kenaikan harga sembako. b. Indonesia termasuk negara yang kaya hasil tambang. c. Di musim penghujan banyak dijumpai jalan yang berlubang. d. Para siswa mengharapkan partisipasinya dalam meringankan beban masyarakat. e. Pertandingan itu dimenangkan oleh kesebelasan Arsenal. Jawaban a 15. Kalimat balasan lamaran kerja adalah…. a. Bersama ini kami memanggil Saudari dan diterima sebagai pegawai diperusahaan ini. b. Sesuai dengan surat lamaran Saudara dengan ini kami harapkan kehadiran Saudara untuk mengikuti tes wawancara. c. Karena surat lamaran saudara tidak memenuhi syarat, terpaksa Saudara saya tolak. d. Kami harap Saudarasegera datang menghadap kami untuk mengikuti tes wawancara. e. Mengingat pelamar yang datang ke perusahaan kami cukup banyak, dengan ini permohonan terpaksa saya tolak. Jawaban b 16. Gubernur Palembang menginstruksikan agar masyarakat dapat memanfaatkan lahan tidur untuk ditanami palawija maupun sayur-sayuran. Kata yang dicetak miring dalam kalimat di atas mempunyai makna…. a. Kebun milik tuan tanah b. Lahan yang tidak ada pemiliknya c. Lahan yang kosong dan tidak dimanfaatkan d. Tanah pembangunan proyek yang terbengkalai. e. Tanah di sekitar bangunan fasilitas milik pemerintah Jawaban c 17. Buku peristiwa sastra melayu lama karya Drs. Soetarno ini pembahasannya sangat bagus karena dilengkapi dengan contoh-contoh analisis kesusastraan lama maupun kesusastraan lisan dan tertulis. Analisis yang cukup rinci akan menambah pengetahuan pembaca untuk memahami peristiwa sastra melayu lama. Kalimat simpulan yang tepat dalam resensi sesuai ilustrasi tersebut adalah…. a. Kita perlu membaca buku ini meskipun kita tidak suka dengan sastra melayu lama b. Buku ini layak dimiliki pembaca yang ingin belajar memahami sastra melayu lama c. Karena kita bukan ahli dalam bidang sastra melayu lama sebaiknya kita membaca buku ini d. Buku ini sangat bagus dan sudah dilengkapi dengan pembahasan e. Buku ini wajib kita beli karena isinya sangat bermanfaat Jawaban b 18. Deret kata berikut yang tidak bersinonim adalah…. a. Pergi – datang b. Fatwa – nasihat c. Dengki – iri d. Sudah – telah e. Sebab – akibat Jawaban e Kutipan gurindam 12 pasal 5 berikut ini untuk nomor 19 dan 20. Cermatilah kutipan gurindam berikut dengan saksama! Sumber buku kesusastraan lama Indonesia, 1984 Jika hendak mengenal orang berbangsa, Lihat kepada budi dan bahasa. Jika hendak mengenal orang yang berbahagia, Sangat memeliharakan yang sia-sia. Jika hendak mengenal orang mulia, Lihatlah kepada kelakuan dia. Jika hendak mengenal orang yang berilmu, Bertanya dan belajar tiadalah jemu. Jik hendak mengenal orang yang berakal, Di dalam dunia mengambil bekal. Jika hendak mengenal orang baik perangai, Lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai. Karya Raja Ali Haji 19. Nilai sosial yang terdapat pada gurindam 12 pasal 5 tersebut adalah…. a. Seseorang bisa dikatakan mulia dapat dilihat dari sifatnya b. Seseorang bisa dikatakan baik atau tidak dilihat dari wataknya saat bergaul di masyarakat c. Seseorang bisa dikatakan mulia atau tidak, bisa dilihat dari perilaku dan sifatnya saat bergaul di masyarakat d. Tingkah laku seseorang dapat mencerminkan orang tersebut mulia atau tidak e. Tutur bicara seseorang dapat mencerminkan baik atau tidaknya Jawaban c 20. Nilai agama yang terdapat pada gurindam 12 pasal 5 tersebut adalah…. a. Selalu rajin beribadah b. Selalu berbuat baik pada setiap orang c. Mengerjakan perintah- Nya dan menjauhi larangan-Nya d. Menolong setiap orang e. Mempersiapkan bekal waktu hidup di dunia Jawaban e 21. Cermati data buku berikut! Sumber buku prediksi UN Ulasan buku karya sastragraha ini tidak mendalam dan tidak teliti karena desakan waktu yang disediakan kepada penulisnya. Buku ini merupakan catatan kesan-kesan pertama seorang pembaca. Kalimat resensi yang menyatakan kelemahan buku adalah…. a. Penulis buku tidak teliti dan tidak mendalam mengulas masalah. b. Membaca, menikmati, dan menghayati cerpen Satyagraha tidak sulit. c. Buku tersebut disusun karena desakan penerbit. d. Pengarang dengan leluasa mengungkapkan kesan pertamanya. e. Pengarang menceritakan secara mendetail karya cerpennya. Jawaban a 22. Fakta yang dapat dimasukkan ke dalam kalimat laporan adalah…. a. Menurut perkiraan para ahli ada sekitar 1500 jenis ular. b. Mudah-mudahan para pesrta dapat memahami. c. Pembahasan rinci mengenai masalah tersebut akan dilanjutkan pada pertemuan yang akan datang. d. Benarkah binatang buas perlu dibantai? e. Binatang melata pada umumnya dapat berfungsi ikut menyeimbangkan alam. Jawaban e Puisi berikut untuk mengerjakan nomor 23 dan 24. Bacalah dengan cermat! sumber buku prediksi UN Cermin Cermin tak pernah berteriak, ia pun tak pernah Meraung, tersedan, atau terisak Meski apa pun terjadi terbalik di dalamnya, Barang kali ia hanya bisa bertanya Mengapa kau seperti kehabisan suara? Sapardi Djoko Damono, Sihir Hujan, 1984 23. Makna kata cermin yang bercetak miring pada baris pertama puisi tersebut adalah…. a. Pengakuan dosa b. Kenyataan di dunia c. Ketidakberdayaan seseorang d. Mengintropeksi diri e. Cermin untuk berkaca Jawaban c 24. Maksud isi puisi tersebut adalah…. a. Perjalanan seseorang di dunia yang terbalik b. Dalam hati manusia ada sifat baik dan buruk c. Setiap orang harus menginstropeksi diri d. Setiap manusia harus mempunyai suara hati nurani e. Kehidupan ini bisa terlihat dalam cermin dihadapan kita Jawaban c 25. Air yang tergenang seperti di kaleng-kaleng bekas dan di selokan Harus dibersihkan. Air tersebut tidak boleh dibiarkan karena akan menjadi sarang nyamuk. Nyamuk akan bertelur dan berkembang biak di genangan air tersebut. Kalimat diatas termasuk jenis karangan…. a. Persuasi b. Narasi c. Argumentasi d. Eksposisi e. Deskripsi Jawaban a 26. Kalimat yang digunakan di dalam makalah diskusi adalah…. a. Penjelasan ini disampaikan berdasarkan fakta yang tidak diragukan lagi kebenarannya. b. Kami berharap semoga saran yang kami sampaikan bermanfaat untuk pemakalah. c. Kita harus memaklumi bahwa masalah yang sedang dibahas adalah masalah bersama, hendaknya jangan menyimpang. d. Silakan anda baca sumber lain yang berkaitan dengan makalah ini. e. Kesimpulan yang anda kemukakan sudah bagus, namun akan lebih bagus apabila dilengkapi dengan fakta. Jawaban a Teks untuk menjawab soal nomor 27 30 Bacalah teks berikut dengan seksama! Semburan Baru Muncul di Mindi Semburan lumpur,air,dan gas baru keluar dari halaman belakang rumah salah seorang penduduk, warga Desa Mindi, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo. Semburan itu merupakan semburan ke-59 yang muncul di sekitar pusat semburan utama. Menurut seorang ahli dari Leader Team Fergaco, perusahaan yang mengawasi gas-gas berbahaya di sekitar pusat semburan, semburan itu sama dengan 58 semburan liar sebelumnya. Semburan liar itu juga tidak berbahaya dan tidak akan membesar. Kalau dibiarkan semburan itu akan mengecil sendiri. Untuk menutup semburan, hari ini akan dimasukan 100 kilogram semen ke dalam lubang asal semburan. 27. Ide pokok paragraf kedua teks tersebut yang tepat adalah …. a. Pengawasan gas oleh tim ahli. b. Pendapat tentang semburan liar. c. Munculnya semburan liar. d. Mengecilnya semburan liar e. Penutupan lubang semburan Jawaban b 28. Fakta dalam teks tersebut yang tepat adalah…. a. Semburan lumpur baru merupakan semburan ke-59. b. Semburan liar itu tidak berbahaya seperti semburan liar lainnya. c. Semburan liar itu sama dengan semburan sebelumnya. d. Semburan liar itu akan mengecil dengan sendirinya. e. Untuk menutup semua semburan liar itu, diperlukan 100 kilogram semen. Jawaban a 29. Opini dalam teks tersebut adalah…. a. Semburan liar itu terjadi dihalaman rumah seorang warga. b. Semburan liar itu tidak berbahaya dan akan mengecil dengan sendirinya. c. Semburan itu merupakan semburan yang ke-59. d. Rumah warga yang terkena semburan terletak di Desa Mindi, Kecamatan Porong, Kabupaeten Sidoarjo. e. Hari ini ke dalam lubang asal semburan dimasukkan 100 kilogram semen. Jawaban b 30. Simpulan yang tepat untuk paragraf kedua adalah…. a. Semburan lumpur, air, dan gas baru keluar di Desa Mindi berbahaya. b. Semburan yang baru keluar di Desa Mindi merupakan semburan liar ke-59. c. Warga Desa Mindi menemukan semburan lumpur liar di belakang rumah seorang warga. d. Semburan liar yang ke-59 tersebut tidak berbahaya dan akan mengecil sendiri. e. Untuk menutup semburan liar yang baru di Desa Mindi diperlukan 100 kilogram semen. Jawaban d
633rF3L. 294 277 121 175 421 189 179 140 357
makna kata cermin pada baris pertama puisi tersebut adalah